Penetuan Nilai Ambang Batas Temperatur Ruang Kerja Berdasarkan Suara Pekerja
Retno Widiastuti1, Rini Dharmastiti2, dan Andi Rahadiyan Wijaya3
1.Staf Pengajar, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Yogyakarta
2.Staf Pengajar, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
3. Staf Pengajar, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Kontak Person:
Retno Widiastuti, S.T., M.Eng.
Fakultas Teknik Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
Yogyakarta
Telp: 0274-586949, Fax: 0274-547042, E-mail: dias_rw@yahoo.com
Abstrak
Faktor fisik di tempat kerja dapat berpengaruh terhadap kinerja pekerja, produktivitas, dan keselamatan kerja. Faktor fisik yang dimaksud adalah keadaaan fisik suatu tempat kerja yang meliputi kebisingan, temperatur, pencahayaan, kelembaban udara, getaran, radiasi sinar ultra violet, gelombang elektromagnetik, warna, serta bau-bauan. Nilai ambang batas fisik lingkungan kerja di Indonesia diatur dalam SNI 16-7063-200 dan SK MENAKER RI nomor KEP-51/MEN/1999, tentang Nilai Ambang Batas (NAB) Faktor Fisika Di Tempat Kerja. Dalam peraturan tersebut penentuan NAB temperatur menggunakan ISBB (Indeks Suhu Bola Basah) atau WBGT (Wet Bulb Globe Temperature Index) yang dikeluarkan ACGIH (American Conference of Governmental Industrial Hygienists) belum ada pembuktian secara ilmiah bahwa penerapan NAB ini sesuai dengan kondisi pekerja dan lingkungan di Indonesia.
Metode yang digunakan adalah Quality Function Deployment (QFD) dan Fuzzy Logic . QFD digunakan untuk mengetahui keinginan tenaga kerja dalam menentukan NAB temperatur, Fuzzy Logic digunakan untuk menentukan besarnya NAB temperatur.
NAB fisik hasil penelitian domain KEP-51/MEN/1999 adalah sebagai berikut: NAB temperatur untuk beban kerja ringan mengalami penurunan rata-rata sebesar 0,760 C, sedangkan NAB temperatur untuk beban kerja sedang mengalami penurunan rata-rata sebesar 0,650 C. NAB fisik hasil penelitian domain Kuisioner adalah sebagai berikut: NAB temperatur mengalami penurunan rata-rata sebesar 5,30 C.
Kata kunci: NAB, temperatur, QFD.